“WATER
BIRTHING“
Oleh :
Alfa
Brillian (101.0005)
Catarina
Ruslina .U (101.0015)
Cynthia
Putri Surya I.S (101.0017)
Eka
Ratna Mustika (101.0031)
Friska
Retno W.K (101.0045)
Puspitasari
.A (101.0087)
Persalinan Normal
Persalinan
adalah suatu proses hasil konsepsi (janin dan uri), yang dapat hidup ke dunia
luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain Rustam Mochtar
1998). Sedangkan menurut Bobak (1995) persalinan adalah proses pengeluaran
janin dan plasenta dari uterus. Menurut Farer (2001) menyatakan persalinan
normal adalah :
a. Terjadi
pada kehamilan aterm (bukan prematur atau postmatur).
b. Selesai
dalam 24 jam (bukan partus presipitalis atau partus lama)
c. Terlaksana
tanpa bantuan artificial (seperti forceps)
d. Mempunyai
janin tunggal dengan presentasi vertex (puncak kepala)
e. Tidak
mencakup komplikasi (seperti perdarahan yang hebat)
f. Mencakup
kelahiran plasenta yang normal
Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses persalinan menurut Bobak (2004) :
1)
Tenaga
a)
His
His
adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada bulan terakhir dari
kehamilan sebelum persalinan dimulai, sudah ada kontraksi rahim yang disebut
his pendahuluan atau his palsu, yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan
dari pada kontraksi Braxton Hiks. His pendahuluan ini tidak teratur dan
menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan lipat paha tidak menyebabkan nyeri
yang memancar dari pinggang ke perut bagian bawah seperti his persalinan.
Lamanya kontraksi pendek dan tidak bertambah kuat bila dibawa berjalan, malahan
sering berkurang.
His
pendahuluan tidak bertambah kuat dengan majunya waktu bertentangan dengan his
persalinan yang makin lama makin kuat. Yang paling penting ialah bahwa his
pendahuluan tidak mempunyai pengaruh pada cervik.
Walaupun
his itu suatu kontraksi dari otot-otot rahim yang fisiologis akan tetapi
bertentangan dengan kontraksi fisiologis lainnya, bersifat nyeri. Nyeri ini
mungkin disebabkan oleh anoxia dari sel-sel dalam cervix dan segmen bawah rahim
oleh serabutserabut otot-otot yang berkontraksi, regangan dari cervix karena kontraksi
atau regangan dan tarikan pada peritoneum waktu kontraksi. Perasaan nyeri
tergantung juga pada ambang nyeri dari penderita yang ditentukan oleh keadaan
jiwanya. Kontraksi rahim bersifat otonom tidak dipengaruhi oleh kemauan,
walaupun begitu dapat dipengaruhi dari luar misalnya rangsangan oleh jari-jari tangan
dapat menimbulkan kontraksi. Seperti kontraksi jantung pada his juga ada
“pacemakers” yang memulai kontraksi dan mengontrol frekuensinya, proses
tersebut dikenal dengan His persalinan.
Kontraksi
rahim bersifat berkala dan yang harus diperhatikan ialah :
a. Lamanya
kontraksi : kontraksi berlangsung
45 detik sampai 75 detik.
b. Kekuatan
kontraksi : menimbulkan naiknya
tekanan intrauterine sampai 35 mmHg. Kekuatan kontraksi secara klinis
ditentukan dengan mencoba apakah jari kita dapat menekan dinding rahim ke
dalam.
c. Interval
antara dua kontraksi : Pada permulaan persalinan his timbul sekali dalam 10
menit, pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.
Menurut
faalnya his persalinan dapat dibagi dalam :
a. His
pembukaan ialah his yang menimbulkan pembukaan dari cervix
b. His
pengeluaran ialah his yang mendorong anak keluar. His pengeluaran biasanya
disertai dengan keinginan mengejan.
c. His
pelepasan uri yang melepaskan uri.
b)
Tenaga mengejan
Setelah
pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang mendorong anak keluar
selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang
mengakibatkan peninggian tekanan intraabdominal. Tenaga ini serupa dengan
tenaga mengejan waktu kita buang air besar tapi jauh lebih kuat lagi. Rupanya
waktu kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflex yang mengakibatkan bahwa
pasien menutup glottisnya, mengontraksikan otot-otot perutnya dan menekan diafragmanya
ke bawah. Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, kalau pembukaan sudah
lengkap dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim. Tanpa tenaga mengejan ini
anak tidak dapat lahir, misalnya pada penderita yang lumpuh otot-otot perutnya,
persalinan harus dibantu dengan forceps. Tenaga mengejan ini juga melahirkan
placenta setelah placenta lepas dari dinding rahim (Sastrawinata, 1983).
2)
Jalan lahir
Jalan
lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul,
vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya
lapisan-lapisan otot dasar panggul, ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi
panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku. Oleh karena itu ukuran
dan bentuk panggul harus ditrentukan sebelum persalinan dimulai (Bobak, 2005).
Berdasarkan
pada ciri-ciri bentuk pintu atas panggul, ada 4 bentuk pokok jenis panggul
menurut Mochtar (1998) :
a. Ginekoid :
Paling ideal, bulat :
45%
b. Android :
Panggul pria, segitiga :
15%
c. Antropoid :
Agak lonjong sepertri
telur : 35%
d. Platipeloid :
Menyempit arah muka
belakang : 5%
Tanda-tanda
permulaan persalinan menurut
Rustam Mochtar (1998) sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu
sebelumnya wanita memasuki “bulannya” atau “minggunya” atau “harinya” yang
disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor) ini memberikan
tanda-tanda sebagai berikut :
a. Lightening
atau setting atau dropping yaitu
kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada
multipara tidak begitu kentara
b. Perut
kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun
c. Perasaan
sering-sering atau susah kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian
terbawah janin
d. Perasaan
sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksikontraksi lemah dari
uterus, kadang-kadang disebut “false
labor pains”
e. Serviks
menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody
show)
a.
Tanda-tanda
inpartu
Tanda-tanda
inpartu menurut Rustam Mochtar (1998) adalah sebagai berikut :
a. Rasa
sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
b. Keluar
lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan
kecil pada serviks.
c. Kadang-kadang
ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Pada
pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
b.
Mekanisme
Persalinan
Mekanisme
persalinan menurut Hamilton adalah proses kelahiran bayi yang melibatkan passageway,
passenger dean posisi janin. Karena jalan lahir yang tak teratur, bayi cukup
bulan tidak dapat keluar begitu saja. Janin harus berbalik dan berputar untuk
menemukan jalan keluarnya. Janin bersifat pasif secara keseluruhan, otot-otot
ibu yang harus melakukannya.
a)
Penurunan (decend)
Sekitar
96% dari semua persalinan diawali dengan janin dalam posisi fleksi, kepala ke
bawah dan tubuhnya agar berputar ke sisi kanan dan kiri. Sebagaimana kontraksi
mulai terjadi kepala bergerak lebih dalam ke pelvik dan dalam posisi
menyimpang, dengan wajah ke kanan dan oksiput ke kiri atau sebaliknya.
b)
Fleksi
Sebagaimana
kepala turun, dagu lebih fleksi dan semakin fleksi lagi pada dada, yang
menyebabkan os occipital di belakang kepala untuk petunjuk jalan.
c)
Rotasi interna
Karena
kepala mencapai tingkat spina iskiadika, yang disebut station 0, stuktur pelvik
menyebabkan kepala untuk berbalik atau berputar, sehingga kepala akan dapat
melewati tempat yang sangat sempit dalam pelvic. Kemudian terus ke bawah,
bergerak di bawah tulang pubis.
d)
Ekstensi
Pada
saat ini jalan lahir mengalami perubahan sudut. Kepala yang mengalami dorongan
ke bawah pada dada fleksi, meluncur ke luar di bawah tulang pubis dan melewati
introitus atau orivisium vagina kemudian ke luar. Dagu terangkat ke atas atau
ekstensi dan kepala lahir.
e)
Restitusi
Kini
kepala bebas untuk berputar ke posisi normalnya dalam hubungan dengan bahu.
f)
Rotasi eksternal
Bahu
dan tubuh bayi biasanya meluncur keluar dengan kesulitan yang relatif sedikit
karena kepala telah membuka jalan untuk bagian tubuh yang lebih kecil.
Sebagaimana hal ini terjadi, kepala berbalik atau berputar, dalam hubungannya
yang normal dengan bahu.
g)
Ekspulsi plasenta
Segera
setelah bayi lahir, uterus berkontraksi, mengurangi permukaan intervalnya sampai
400 %, sementara plasenta tetap dalam ukuran yang sama. Hal ini menyebabkan
akar plasenta runtuh dari endometrium sehingga memisahkan plasenta dari uterus.
h)
Regresi uterus
Uterus
yang berat mungkin jatuh pada salah satu sisi atau kembali ke dalam rongga abdomen.
Untuk alasan ini beberapa lembaga menyarankan ibu untuk berbaring terlungkup
ketika istirahat sampai regresi uterus kembali ke keadaan sebelum kehamilan,
sekitar 4 minggu sampai 6 minggu.
e.
Proses Persalinan
Persalinan
dapat dibagi menjadi 4 kala menurut Bobak (1995) :
1) Kala
I
Dimulai
dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks menjadi lengkap
(pembukaan 10).
2) Kala
II
Kala II adalah kala pengeluaran. Dimulai dari
pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. His menjadi lebih kuat dan lebih cepat,
yaitu 2-3 menit sekali karena kepala janin sudah masuk ke ruang panggul, maka
pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara
reflektoris menimbulkan rasa mengejan. Perawatan selama kala II : Pada saat
ini, ibu dibantu agar berada dalam posisi yang nyaman baginya, denyut nadi
diperiksa setiap 15 menit. Denyut jantung janin diperiksa antara tiap
kontraksi/his. Wajah dan leher ibu diusap dengan handuk basah. Kandung kemih
dikosongkan dan kemajuan persalinan diamati.
3) Kala
III atau kala uri
Dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta.
Plasenta biasanya lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir.
4) Kala
IV
Dimulai dari keluarnya plasenta sampai 1-4 jam atau
sampai tanda-tanda vital ibu stabil.
c. Lama
Persalinan
a. Kala
I fase laten pada primipara 8-9 jam tetapi tidak lebih dari 20 jam. Pada
multipara 5-14 jam.
b. Kala
II pada primipara 1-2 jam atau lebih. Pada multipara 20 menit.
c. Kala
III pada primipara atau multipara 5-20 menit.
Persalinan Dalam Air (Water Birth)
Water birthing adalah sebuah cara
persalinan di dalam air yang hangat. Ibu yang hendak melahirkan dimasukkan ke
dalam sebuah kolam bersalin khusus yang berisi air hangat dan besarnya
kira-kira berdiameter 2 meter. Persalinan
di air (Inggris: waterbirth) adalah proses persalinan atau proses melahirkan
yang dilakukan di dalam air hangat. Berendam dalam air hangat adalah cara
relaksasi efektif yang meghilangkan rasa sakit dan mempercepat proses menjelang persalinan. Jadi, persalinan dalam air atau water birthing adalah
mekanisme melahirkan yang dilakukan didalam air hangat sehingga dapat
mengurangi intensitas nyeri dan mempercepat proses persalinan. Daya apung air membuat ibu
merasa santai dan dapat memilih posisi melahirkan yang nyaman. Ibu merasakan seperti tanpa berat
badan ketika mengapung di air sehingga membuat
ibu mudah menyokong tubuhnya dan menghadapi masa kontraksi. Otot-ototnya
menjadi lebih lemas karena tidak menyokong seluruh berat badan tubuh. Bila ibu tidak
tegang (tanpa obat-obatan), hormon stresnya menurun sehingga hormon alami yang
mempercepat proses kelahiran (oksitosin dan endorfin) bisa mengalir tanpa
halangan.
Air diduga mendorong lonjakan oksitosin
(hormone yang memicu kontraksi), sehingga kontraksi lebih efektif. Sejumlah
wanita merasa dapat bergerak lebih mudah dalam air, sehingga membantu menemukan
posisi yang nyaman
untuk melahirkan. Sejumlah wanita merasakan manfaat berendam dalam air hangat
segera setelah masuk ke dalam kolam, namun wanita lain memerlukan waktu 15-30
menit sebelum merasa nyaman. Air dapat memberikan bantuan alami untuk relaksasi
karena dapat melemaskan
otot dan meredakan ketegangan. Apabila tidak terlalu gelisah, tubuh
menghasilkan lebih sedikit hormone stress. Hal ini membuat otak menghasilkan
endorphin, suatu pereda nyeri, dan mendorong rasa nyaman. Cahaya redup dan
music yang menenangkan semakin meningkatkan relaksasi. Beberapa penelitian
menunujukkan bahwa wanita mengalami tahap kedua persalinan yang lebih singkat
dalam air, dan mungkin lebih sedikit usaha dalam yang diperlukan untuk
mendorong bayi keluar. Jika kontraksi terlalu berat, ibu tetap dapat
menggunakan Entonox (gas dan udara) (Parker, Catharine dan Littler. 2010).
Bayi tetap dapat dipantau oleh perawat
dengan menggunakan stetoskop Pinard (teompet telinga) atau sonicaid elektronik genggam yang tahan air (Parker, Catharine dan
Littler. 2010). Syarat
dari persalinan kolam ini, adalah ibu yang mengalami kehamilan normal dan tidak
ada masalah dalam kehamilan sebelumnya.
Apabila ibu sudah pernah menjalani
operasi Caesar, di anjurkan untuk memantau secara continue denyut jantung bayi
dan kontraksi ibu selama persalinan selanjutnya. Hal ini tidak dapat dilakukan
di dalam kolam melahirkan. Alasan diperlukannya pemantauan secara continue dalam situasi ini
adalah bahwa terdapat kemungkinan, walaupun sangat kecil, rahim ibu mengalami
rupture (robek). Rupture seringkali tidak menyebabkan rasa sakit dan
satu-satunya petunjuk mungkin perubahan denyut jantung bayi (Parker, Catharine dan
Littler. 2010). Ibu
dianjurkan untuk masuk dalam kolam melahirkan sampai terjadi pembukaan
(dilatasi) sebesar 4-5 cm atau setelah proses persalinan berlangsung penuh. Hal
ini disebabkan karena sejumlah orang khawatir air dapat sangat menenangkan
sampai-sampai menyebabkan kontraksi melambat atau bahkan berhenti, walaupun
sedikit bukti yang mendukung hal ini. Namun demikian, jika ini memang terjadi,
keluar dari kolam dan berkeliling untuk sementara waktu, dapat meningkatkan
kekuatan kontraksi. perawat
perlu keluar dari kolam jika bayi mengeluarkan mekonium atau jika bayi
mengkhawatirkan ibu dan bayi (Parker, Catharine dan Littler. 2010). Suhu air dapat diatur
sesuai kenyamanan ibu, meskipun biasanya digunakan suhu tubuh (37oC),
hal ini mencegah bayi kedinginan dengan cepat setelah dilahirkan (Parker,
Catharine dan Littler. 2010). Jika
proses persalinan telah berjalan baik dan bayi sehat. Ibu boleh mengkonsumsi makanan ringan untuk
pemberi energi dan membantu kemajuan persalinan, ibu perlu minum air untuk menyegarkan,
tetapi akan lebih baik jika mengandung isotonik karena sebagai zat peningkat
energi (Parker, Catharine dan Littler. 2010).
Mekanisme Water Birthing
Proses persalinan di air memiliki tahapan yang sama
seperti melahirkan normal. Hanya saja dengan ibu berendam dalam air hangat,
membuat sirkulasi pembuluh darah jadi lebih baik. Akibatnya akan berpengaruh
pula pada kontraksi rahim yang jadi lebih efektif dan lebih baik. Sehingga
waktu tempuh dalam proses persalinan ini lebih singkat daripada proses
melahirkan normal biasa. Tahapan pelaksanaan water
birthing, yaitu :
1
Ibu masuk ke dalam air ketika akan
melahirkan, ibu mengalami fase pembukaan laten dan aktif. Saat fase aktif
pembukaan sudah mencapai 5cm, ibu baru bisa masuk ke kolam air. Pada fase ini
biasanya dibutuhkan waktu sebentar saja, sekitar 1-2 jam untuk menunggu
kelahiran sang bayi.
2
Sikap rileks, biasanya begitu ibu
masuk ke dalam kolam air akan terasa nyaman dan hilang rasa sakitnya. Ibu dapat
duduk dengan relaks dan bisa lebih fokus melahirkan. Dapat juga posisi lain
seperti menungging.
3
Mengedan seiring kontraksi. Di dalam
air, mengedan akan lebih ringan, tidak menggunakan tenaga kuat yang biasanya
membuat terasa lebih sakit. Air akan memblok rangsang-rangsang rasa sakit.
Jadi, rasa sakit yang ada tidak diteruskan, melainkan akan hilang dengan
sendirinya. Ditambah lagi kemampuan daya apung dari air yang akan meringankan
saat mengedan. Mengedan mengikuti irama datangnya kontraksi. Bayi yang keluar
juga tak perlu bantuan manipulasi tangan atau lainnya, kecuali terlihat agak
seret keluarnya. Kontraksi yang baik akan mempercepat pembukaan rahim dan
mempercepat proses persalinan. Apalagi dengan ibu berendam dalam air, dinding
vagina akan lebih rileks, lebih elastis, sehingga lebih mudah dan cepat
membukanya. Hal ini pula yang menyebabkan tak perlunya jahitan setelah
melahirkan, kecuali bila memang ada robekan.
4
Pengangkatan bayi. Setelah keluar
kaki bayi dan tubuh seluruhnya, barulah bayi diangkat. Darah yang keluar tidak
berceceran ke mana-mana, melainkan mengendap di dasar kolam, demikian pula
dengan ari-ari bayi.Kontraksi rahim yang baik menyebabkan perdarahan yang
terjadi pun sedikit.
5
Ketika bayi keluar dalam air,
mungkin orang khawatir bayi akan tersedak, namun, sebetulnya bila diingat
prinsipnya, bayi hidup sembilan bulan dalam air ketuban ibu. Jadi, begitu dia
lahir keluar ke dalam kolam, sebetulnya dia lahir ke lingkungan dengan kondisi
yang hampir mirip dalam kandungan, yaitu ke dalam air dengan suhu yang sama
seperti halnya ketika dalam rahim. Ketika bayi keluar dalam air, saat itu bayi
belum ada rangsang untuk bernapas. Setelah diangkat ke permukaan barulah
terjadi perubahan, timbul rangsangan untuk bernapas dan biarkan ia menangis.
Setelah stabil kondisi pernapasannya, barulah digunting tali pusarnya.
Mengingat melahirkan di air membuat sirkulasi oksigen ke bayi lebih baik, maka
ketika bayi lahir tampak kulit yang lebih kemerahan.
6
Artinya, oksigenisasi ke bayi lebih
baik dan membuat paru-parunya pun jadi lebih baik. Bayi juga tampak bersih tak
banyak lemak di tubuhnya. Kemudian bayi dibersihkan dengan disedot sedikit dan
dibersihkan tali pusarnya.
a. Metode
Dalam pelaksanaan water birthing terdapat dua metode yang digunakan ,yaitu :
1
Persalinan di air murni. Ibu masuk
ke kolam persalinan setelah mengalami pembukaan 6 (enam) sampai proses
melahirkan terjadi.
2
Persalinan di air emulsion. Ibu
hanya berada di dalam kolam hingga masa kontraksi akhir. Proses melahirkan
tetap dilakukan di tempat tidur.
b.
Kelemahan
Sebuah penelitian mengungkap kekhawatiran bahwa medium
air akan membuat tali pusat menjadi kusut atau terkompresi, sehingga bayi
kemungkinan akanterengah-engah dan menghisap air ke dalam paru-paru mereka.
Studi tahun 2002 yang dipublikasikan dalam jurnal kesehatan Pediatrics juga
menyimpulkan bahwa persalinan dalam air meningkatkan risiko bayi
tenggelam.Situs Live Science menambahkan bahwa kelahiran dalam air tidak
direkomendasikan oleh American College of Obstetricians and Gynecologists
sebagai pilihan proses melahirkan yang layak. Persalinan dalam air
dikhawatirkan memicu risiko pneumonia atau infeksi pada otak, dan serangan
kekuarangan oksigen.
Manfaat Water Birthing
Melahirkan
di dalam air membantu ibu hamil merasa lebih rileks sehingga dapat mengurangi
rasa sakit saat persalinan. Dalam rendaman air, kulit akan memiliki elastisitas
lebih besar, sehingga memperkecil risiko robek pada jalan lahir bayi.
Melahirkan dalam air juga bermanfaat untuk bayi. Medium air memudahkan transisi
bayi dari rahim, berisi cairan ketuban, ke dunia luar. Pendukung teknik ini mengatakan
bahwa persalinan dalam air tak berbahaya. Bayi akan bernapas dalam air, karena
dia tidak akan mulai menggunakan paru-parunya sampai dia dibawa ke udara dalam
10 detik pertama setelah lahir.
a.
Bagi ibu
a.
Ibu akan merasa lebih relaks karena
semua otot yang berkaitan dengan proses persalinan menjadi elastis.
b.
Metode ini juga akan mempermudah
proses mengejan. Sehingga rasa nyeri selama persalinan tidak terlalu dirasakan.
c.
Di dalam air proses pembukaan jalan
lahir akan berjalan lebih cepat
b.
Bagi bayi
a.
Menurunkan risiko cedera kepala
bayi.
b.
Meskipun belum dilakukan penelitian
mendalam, namun pakar kesehatan meyakini bahwa lahir dengan metode ini
memungkinkan IQ bayi menjadi lebih tinggi dibandingkan bayi yang lahir dengan
metode lain.
c.
Peredaran darah bayi akan lebih
baik, sehingga tubuh bayi akan cepat memerah setelah dilahirkan.
Resiko Water Birthing
a.
Kemungkinan air kolam tertelan oleh
bayi sangat besar. Kondisi ini menyebabkan proses membutuhkan bantuan dokter
kebidanan dan kandungan, juga spesialis anak yang akan melakukan pengecekan
langsung saat bayi lahir. Sehingga jika ada gangguan bisa langsung terdeteksi
dan diatasi.
b.
Hipotermia atau suhu tubuh terlalu
rendah akan dialami ibu jika proses melahirkan berlangsung lebih lama dari
perperkiraan.
c.
Bayi berisiko mengalami temperature
shock jika suhu air tidak sama dengan suhu si ibu saat melahirkan yaitu 37
derajat celcius.
d.
Tidak dapat dilakukan oleh ibu yang
memiliki panggul kecil , sehingga harus melahirkan dengan bedah caesar.
e.
Bila bayi beresiko sungsang lebih
baik hindari melakukan persalinan di air.
f.
Bila si ibu memiliki penyakit
herpes, bisa beresiko menularkan penyakit tersebut melalui mata, selaput lendir
dan tenggorokan bayi, karena kuman herpes dapat bertahan diair.
g.
Kolam plastik yang digunakan harus
benar benar steril agar tidak rentan terinfeksi kuman dan virus lainnya.
h.
Metode water birth
tidak disarankan bagi ibu yang sedang memiliki penyakit herpes. Karena, kuman
herpes tidak akan mati dalam air bersuhu 37o celcius dan
dikawatirkan akan menimbulkan infeksi dan penularan pada bayi melalui mata,
selaput lendir dan tenggorokan bayi. Calon ibu dengan tulang panggul sempit dan
bayi sungsang juga akan disarankan untuk tidak mengambil metode ini. Serta tidak dapat dilakukan jika air ketuban pecah
terlebih dahulu. Karena dikhawatirkan air akan terminum oleh bayi dan
tersangkut diparu-parunya.