Kelompok 9



Tahukah apa masa nifas itu? Cari tahu yuk…
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika organ-organ kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari menurut hitungan awam merupakan masa nifas. Masa ini penting sekali untuk terus dipantau. Nifas merupakan masa pembersihan rahim, sama halnya seperti masa haid (Sitti Saleha, 2009: 2).
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003: 3). Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal (Damai & Dian, 2011: 1). Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu (Damai & Dian, 2011: 1).
Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk:
  1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi
Dengan diberikan asuhan, ibu akan mendapatkan fasilitas dan dukungan dalam upayanya untuk menyesuaikan peran barunya sebagai ibu (pada kasus ibu dengan kelahiran anak pertama) dan pendampingan keluarga dalam membuat bentuk dan pola baru dengan kelahiran anak berikutnya. Jika ibu dapat melewati masa ini dengan baik maka kesejahteraan fisik dan psikologis bayi pun akan meningkat.
  1. Pencegahan, diagnosa dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu
Dengan diberikannya asuhan pada ibu nifas, kemungkinan munculnya permasalahan dan komplikasi akan lebih cepat terdeteksi sehingga penanganannya pun dapat lebih maksimal.
  1. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu
Meskipun ibu dan keluarga mengetahui ada permasalahan kesehatan pada ibu nifas yang memerlukan rujukan, namun tidak semua keputusan yang diambil tepat, misalnya mereka lebih memilih untuk tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan karena pertimbangan tertentu.
  1. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus
Pada saat memberikan asuhan nifas, dituntut dalam memberikan pendidikan kesehatan terhadap ibu dan keluarga. Keterampilan yang harus dikuasai antara lain berupa materi pendidikan yang sesuai dengan kondisi pasien, teknik penyampaian, media yang digunakan, dan pendekatan psikologis yang efektif sesuai dengan budaya setempat. Hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena banyak pihak yang beranggapan bahwa jika bayi telah lahir dengan selamat, serta secara fisik ibu dan bayi tidak ada masalah maka tidak perlu lagi dilakukan pendampingan bagi ibu. Padahal bagi para ibu (terutama ibu baru), beradaptasi dengan peran barunya sangatlah berat dan membutuhakann suatu kondisi mental yang maksimal.
  1. Imunisasi ibu terhadap tetanus
Dengan pemberian asuhan yang maksimal pada ibu nifas, kejadian tetanus dapat dihindari, meskipun untuk saat ini angka kejadian tetanus sudah banyak mengalami penurunan.
  1. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak
Saat memberikan asuhan pada masa nifas, materi dan pemantauan yang diberikan tidak hanya sebatas pada lingkup permasalahan ibu, tapi bersifat menyeluruh terhadap ibu dan anak. Kesempatan untuk konsultasi tentang kesehatan, termasuk kesehatan anak dan keluarga akan sangat terbuka. Perawat akan mengkaji pengetahuan ibu dan keluarga mengenai upaya mereka dalam rangka peningkatan kesehatan keluarga. Upaya pengembangan pola hubungan psikologis yang baik antara ibu, anak, dan keluarga juga dapat ditingkatkan melalui pelaksanaan asuhan ini (Sulistyawati, Ari. 2009: 2-3).
Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan (Damai & Dian, 2011: 2), yaitu:
  1. Puerperium Dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.
  1. Puerperium Intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu.
  1. Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.

Dalam masa nifas alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan semula sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat-alat genitalia ini dalam keseluruhannya disebut involusi (Damai & Dian, 2009: 55-69).
  1. Tekanan Darah
Tekanan darah sedikit berubah dan menetap. Hipotensi ortostatik, yang diindikasikan oleh rasa pusing dan seakan ingin pingsan segera setelah berdiri, dapat timbul dalam 48 jam pertama. Hal ini merupakan akibat pembengkakan limfa yang terjadi setelah wanita melahirkan (Bobak, 2004).
  1. Denyut Nadi
Denyut nadi tetap tinggi selama jam pertama setelah bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahui. Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil (Bobak, 2004).
  1. Temperatur
Selama 24 jam pertama dapat meningkat sampai suhu 38 Derajat Celcius sebagai akibat efek dehidrasi persalinan. Setelah 24 jam wanita harus tidak demam (Bobak, 2004).

  1. Invulosio Uteri
Pada akhir tahap ke-3 persalinan, uterus berada digaris tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilikus. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai kurang lebih 1 cm diatas umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan invulosio berlangsung dengan sangat cepat fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari ke enam post partum fundus normal akan berada dipertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen di hari ke sembilan post partum (Bobak, 2004).
  1. Buang Air Besar dan Berkemih
Proses buang air besar dan berkemih pada persalinan normal tidak ada hambatan. Kecuali pada ibu yang takut akan luka episiotomi (Danuatmaja, 2003).
  1. Lokia
Darah yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa plasenta, lemak bayi, selaput ketuban dan mekonium, lamanya sekitar seminggu biasa disebut lokia rubra. Selanjutnya darah berwarna merah dan berlendir, lamanya sekitar 1-2 minggu disebut lokia sanguelenta. 2 minggu berikutnya cairan yang keluar berwarna kekuningan kandungannya berupa jaringa serosa atau sisa pengaruh hormon, disebut lokia serosa. Setelah 2 minggu cairan yang keluar sudah berwarna putih biasa dan bening, ini normal dan tandanya sudah memasuki tahap pemulihan, disebut lokia alba (Indiarti, 2004).
  1. Payudara
Pengaruh menekan dari hormon estrogen dan progeteron terhadap hipofise hilang, timbul pengaruh hormon-hormon hipofise kembali antara lain lactogenic hormon (prolaktin). Pengaruh hormon oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar berkontraksi, sehingga terjadi pengeluaran air susu, umumnya produksi ASI berlangsung betul pada hari ke 2-3 post partum. Selain pengaruh hormonal rangsangan terbaik untuk mengeluarkan ASI adalah menetekkan bayi pada ibunya, dengan perangsangan fisik pada puting mamae kadar prolaktin akan meningkat sehingga meningkatkan produksi ASI. Dengan rangsangan psikis yang merupakan reflek dari mata ibu ke otak, mengakibatkan oksitosin dihasilkan sehingga merangsang kontraksi otot sekitar mamae dan ASI dapat dikeluarkan (Wiknjosastro, 2002).
  1. Sistem Gastrointestinal
Produksi hormon progesteron yang semakin tinggi pada post partum berefek pada proses pencernaan yaitu kontraksi berjalan lambat sehingga sering terjadi sembelit (Danuatmaja, 2003).
  1. Sistem Endokrin
Pengeluaran plasenta menyebabkan kadar estrogen dan progesteron menurun. Penurunan kadar estrogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama kehamilan (Bobak, 2004). Jika ibu dilanda kecemasan, akibat yang jelas antara lain hormon oksitosin ibu tidak akan keluar, sebaliknya jika ibu merasa tenang, hatinya senang maka hormon oksitosin bisa keluar dan bekerja dengan baik. Hormon oksitosin merupakan hormon yang berpengaruh dalam proses pengeluaran ASI (Rusli, 2005). Kadar prolaktin akan meningkat dengan rangsangan fisik pada puting mamae yang mengakibatkan peningkatan produksi air susu ibu (ASI) (Wiknjosastro, 2002) .
  1. Perubahan Psikologis
Minggu pertama post partum merupakan saat terberat bagi ibu terlebih jika ibu baru, ketidaknyamanan, kekhawatiran mengalami gejala-gejala fisik, adanya rasa gembira barganti depresi atau berubah-ubah diantara keduanya, perasaan tidak mampu menjadi ibu, frustasi untuk menyusui, juga menurunya gairah seksual. Sensitivitas ibu terhadap perubahan hormonal sering disebut sebagai faktor pencetus terjadinya Distres post partum (Baby Blues), namun ada juga faktor penyebab lain yang mungkin adalah: Riwayat keluarga tentang depresi, kurang dukungan dari keluarga setelah melahirkan, isolasi dan keletihan (Danuatmaja, 2003). Sekitar 60-80% ibu pasca persalinan mengalami dirinya merasa agak sedih setidaknya sesekali ketika menikmati masa-masa paling bahagia dalam hidup mereka, itulah paradoks dari baby blues. Gejala-gejala baby blues meliputi: rasa sedih, rasa jengkel, terus gelisah dan kecemasan. Kadar estrogen dan progesteron menurun dengan cepat setelah kelahiran anak, seringkali membuat perasaan wanita ikut memburuk. Keadaan ini biasanyan berlangsung sekitar 2 hari - 2 minggu setelah persalinan (Heidi Murkoff, 2007).

Sekarang kita cari tahu yuk tentang Senam Nifas…
Organ-organ tubuh wanita akan kembali seperti semula sekitar 6 minggu. Oleh karena itu, ibu akan berusaha memulihkan dan mengencangkan bentuk tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara latihan senam nifas. Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan sampai dengan hari ke sepuluh (Damai & Dian, 2011: 85).
Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh wanita. Involusi ini sangat jelas terlihat pada alat-alat kandungan. Sebagai akibat kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya striae gravidarum yang membuat keindahan tubuh akan sangat terganggu. Oleh karena itu, mereka akan selalu berusaha untuk memulihkan dan mengencangkan keadaan dinding perut yang sudah tidak indah lagi. Cara untuk mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan langsing seperti semula adalah dengan melakukan latihan dan senam nifas. Untuk itu beri penjelasan pada ibu tentang beberapa hal berikut ini.
  1. Diskusikan pentingnya otot-otot perut dan panggul agar kembali normal, karena hal ini akan membuat ibu merasa lebih kuat dan ini juga menjadikan otot perutnya menjadi kuat, sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
  2. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu.
  1. Dengan tidur telentang dan lengan di samping, tarik otot perut selagi menarik napas, tahan napas dalam, angkat dagu ke dada, tahan mulai hitungan 1 sampai 5. Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali.


  1. Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul lakukanlah latihan Keagel.
  1. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot bokong dan pinggul, tahan sampai 5 hitungan. Relaksasi otot dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
  2. Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke 6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali (Sitti Saleha, 2009: 75-76).
Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal, sebaiknya latihan masa nifas dilakukan seawal mungkin dengan catatatn ibu menjalani persalinan dengan normal dan tidak ada penyulit post partum.
Sebelum memulai bimbingan cara senam, sebaiknya petugas kesehatan mendiskusikan terlebih dahulu dengan pasien mengenai pentingnya otot perut dan panggul untuk kembali normal. Dengan kembalinya kekuatan otot perut dan panggul, akan mengurangi keluhan sakit punggung yang biasanya dialami oleh ibu nifas. Latihan tertentu beberapa menit setiap hari akan sangat membantu untuk mengencangkan otot bagian perut.
Berikut ini adalah beberapa contoh gerakan menurut Sulistyawati (2009: 104-105) yang dapat dilakukan saat melakukan senam nifas:
Tidur telentang, tangan di samping badan. Tekuk salah satu kaki, kemudian gerakkan ke atas mendekati perut. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali secara bergantian untuk kaki kana dan kiri. Setelah itu, rileks selama 10 hitungan (Gambar 1).


Berbaring telentang, tangan di atas perut, kedua kaki ditekuk. Kerutkan otot pantat dan perut bersamaan dengan mengangkat kepala, mata memandang ke perut selama 5 kali hitungan. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali. Rileks selama 10 hitungan (Gambar 2).


Tidur telentang, tangan di samping badan, angkat pantat sambil mengerutkan otot anus selama 5 hitungan. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali. Rileks selama 10 hitungan (Gambar 3).


Tidur telentang, tangan di samping badan. Angkat kaki kiri lurus ke atas sambil menahan otot perut. Lakukan gerakan sebanyak 15 kali hitungan, bergantian dengan kaki kanan. Rileks selama 10 hitungan (Gambar 4).


Tidur telentang, letakkan kedua tangan di bawah kelapa, kemudian bangun tanpa mengubah posisi kedua kaki (kaki tetap lurus). Lakukan gerakan sebanyak 15 kali hitungan, kemudian rileks selama 10 hitungan sambil menarik napas panjang lewat hidung, keluarkan lewat mulut (Gambar 5).


Posisi badan nungging, perut dan paha membentuk sudut 900. Gerakan perut ke atas sambil otot perut dan anus dikerutkan sekuat mungkin, tahan selama 5 hitungan. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali, kemudian rileks selama 10 hitungan (Gambar 6).


Beberapa faktor yang menentukan kesiapan ibu untuk memulai senam nifas antara lain:
  1. Tingkat kebugaran tubuh ibu.
  2. Riwayat persalinan.
  3. Kemudahan bayi dalam pemberian asuhan.
  4. Kesulitan adaptasi post partum (Damai & Dian, 2011: 85).

Tujuan senam nifas adalah sebagai berikut:
  1. Membantu mempercepat pemulihan kondisi ibu.
  2. Mempercepat proses involusio uteri.
  3. Membantu memulihkan dan mengencangkan otot panggul, perut, dan perineum.
  4. Memperlancar pengeluaran lochea.
  5. Membantu mengurangi rasa sakit.
  6. Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan.
  7. Mengurangi kelainan dan komplikasi masa nifas (Damai & Dian, 2011: 85-86).

Manfaat senam nifas antara lain:
  1. Membantu memperbaiki sirkulasi darah.
  2. Memperbaiki sikap tubuh dan punggung pasca persalinan.
  3. Memperbaiki otot tonus, pelvis, dan peregangan otot abdomen.
  4. Memperbaiki dan memperkuat otot panggul.
  5. Membantu ibu lebih relaks dan segar pasca melahirkan (Damai & Dian, 2011: 86).

Senam nifas dilakukan pada saat ibu benar-benar pulih dan tidak ada komplikasi atau penyulit masa nifas atau di antara waktu makan. Sebelum melakukan senam nifas, persiapan yang dapat dilakukan adalah:
  1. Mengenakan baju yang nyaman untuk olahraga.
  2. Minum banyak air putih.
  3. Dapat dilakukan di tempat tidur.
  4. Dapat diiringi musik.
  5. Perhatikan keadaan ibu (Damai & Dian, 2011: 86)

This is a Journal of Exercise of The Postpartum…Check this

Daftar Pustaka
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Sulistyawati, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: ANDI.
Yanti, Damai & Dian Sundawati. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung: Refika Aditama.



Kelompok 9 : Senam Nifas Mempercepat Pemulihan Ibu Bersalin
  1.  Fitria Gita N.        (101.0043)
  2. Ghora Kertapati    (101.0047)
  3. Ika Mahardini        (101.0051)
  4. Meutia Cahaya      (101.0069)
  5. Nuril Fadlila           (101.0083)
Kelas : S1 - 4A
Category: